Jumat, 23 September 2011

NURFIDAH DAN ANAKNYA LESTARIKAN MOTIF ASLI TANJAB BARAT

Ditengah pesatnya perkembangan zaman, kain songket yang merupakan warisan seni kerajinan tenun mulai memudar, bahkan regenerasi pengrajin songket pun turut terimbas oleh meningkatnya industri kain modern. Namun di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih menyimpan potensi pengrajin songket, yang memiliki ciri dan motifnya sendiri, sehingga tenunan kain songket Tanjung Jabung Barat bukanlah adopsi dari daerah lain.

Di antara sepuluh pengrajin songket untuk wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang tercatat sebagai binaan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Proda Tanjung Jabung Barat  adalah Nurfidah dan Ariyani. Keduanya adalah ibu dan anak yang masih bertahan dengan profesinya sebagai penenun kain songket di daerah ini.

Nurfidah mengaku dia menekuni kegiatan menenun kain songket sejak tahun 1972 dan hingga saat ini diusianya yang lanjut, telah ribuan kain songket yang diproduksi oleh tangannya dengan peralatan menenun tradisional yang dimilikinya. Nurfidah bertekad untuk melestarikan warisan budaya kain songket Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Dalam menenun kain songket, Nurfidah menunjukkan ketelitian dan kemahirannya dalam menyusun helai demi helai benang sutra yang telah dipintal, mata Nurfidah pun  menunjukkan kejeliannya dalam menyusun formasi motif yang diinginkan oleh pemesan.

“Banyak motif yang bisa diaplikasikan dalam mewujudkan bentuk suatu kain songket, ada yang diadopsi dari corak dan motif Palembang, namun Tanjung Jabung Barat sendiri juga mempunyai motif asli berupa motif buah bakau dan kapal layar. Dan khusus motif asli Tanjab Barat ini banyak disukai pemesan karena sangat menawan dan pas untuk dikenakan dalam upacara perhelatan adat maupun upacara formal lainnya,” ujar Nurfidah ketika ditemui di salah satu stand pameran yang digelar dalam rangka memeriahkan puncak peringatan HKG PKK dan BBGRM di Desa Serdang Jaya, Kecamatan Betara, Tanjung Jabung Barat pada Senin, tanggal 9 Mei 2011.

Nurfidah juga menceritakan mengenai keahlian menenun yang dimilikinya diperoleh dari pembelajaran menenun di masa mudanya dahulu. Nurfidah menuturkan bahwa ilmu menenun yang dimilikinya bukan diwarisi dari orangtuanya, namun belajar dari penenun yang ia kenal sewaktu muda dahulu. Dan ilmu itu ternyata juga diikuti oleh anaknya yang sekarang turut mengikuti jejaknya sebagai pengrajin tenun songket, yakni Ariyani. Menurut Nurfidah, dirinya membutuhkan waktu sekitar dua minggu atau lebih dalam merampungkan satu stel kain tenun (selendang dan kainnya).

Nurfidah mengakui, kain tenun songket yang dihasilkannya banyak disukai oleh pejabat baik dari Kuala Tungkal sendiri maupun dari luar daerah yang berkunjung ke Kuala Tungkal untuk dijadikan souvenir (oleh-oleh khas Tanjung Jabung Barat). Dan mengenai harga tergantung pada motif dan kwalitas benang yang digunakan. Harga kain perhelai buatannya dihargai mulai Rp. 1.200.000,-, namun harga penawaran semakin tinggi jika kualitas benang sutra yang digunakan dari kualitas terbaik. 

Sepasang Ibu dan anak ini, tidak pernah merasa kreasi tenunan mereka tersapu oleh zaman, karena keduanya berpegang pada suatu keteguhan hati dalam melestarikan nilai-nilai seni budaya kerajinan tradisional di Tanjung Jabung Barat, yang membutuhkan regenerasi hingga tidak pudar oleh perkembangan arus globalisasi industri kain modern saat ini.
Keduanya juga tidak pernah berharap mendapatkan penghargaan apapun dalam menghasilkan karyanya ini. Nurfidah dan anaknya menekuni tenunan kain songket ini tulus hanya untuk melestarikan seni songket tradisional Tanjung Jabung Barat hingga popularitas kain songket warisan budaya ini terangkat dan tidak terlelan oleh zaman.

Kepala Dinas Perindag dan Proda Tanjung Jabung Barat, Drs Kosasih pada kesempatan tersebut mengatakan, instansinya mendukung setiap potensi-potensi pengrajin yang dimiliki wilayah ini, dan melakukan pembinaan terhadap SDM pengrajin. Pemkab Tanjung Jabung Barat melalui Dinas Perindag Proda membantu menfasilitasi dalam hal memasarkan produk mereka, dan memberikan kesempatan-kesempatan menyertai mereka dalam pameran-pameran baik di tingkat daerah, bakhan nasional yang tujuannya agar hasil karya mereka dikenali, dan terus diberikan pembinaan, sehingga terus eksis dalam melestarikan kerajinan tangan daerah”, ujar Kosasih.

Menurut Kosasih, hasil karya kerajinan Tanjung Jabung Barat yang pernah disertakan dalam pameran-pameran yang diselenggarakan tingkat Provinsi Jambi telah mendapat apresiasi dari Dekranasda Provinsi Jambi, baik hasil karya kerajinan tenun tangan maupun kerajinan dalam jenis lain.

Guna mengangkat kembali popularitas karya tenun asli Tanjung Jabung Barat dikatakan Kosasih, pihaknya akan berupaya keras membangkitkan semangat pengrajin seni tenun songket, dengan cara mengajak mereka mengikuti pameran-pameran dan mengenali pengrajin ini akses-akses pemasaran produk mereka ke kalangan luas.(EF)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More